Kehilangan, Padahal Belum Sempat Memiliki

Rasa bosan selalu saja melanda di setiap waktu-waktu rentan seperti ini. Hujan deras di luar seolah mengerti keadaan diri ini. Suaranya nyaring ketika bertegur sapa dengan bumi. Harumnya yang menyatu dengan harum tanah itu tanpa izin masuk dan tercium sampai ke dalam kamar tidurku. Aku melirik jam dinding yang detakannya tidak dapat terdengar lagi. Sudah hampir tengah malam. Jam dinding menunjukkan pukul 23.40. Dan aku masih duduk di meja belajar ditemani laptop kesayangan. Tak banyak yang aku lakukan di sana. Hanya mengganti-ganti tab sosial media berharap ada yang menarik untuk dibaca atau dinikmati. Namu nihil. Aku semakin bosan. Tak ada yang menarik malam ini. Mungkin lebih baik aku biarkan jasmani ini untuk segera ke tempat ternyamannya agar besok tidak enggan untuk dibangunkan jika Tuhan mengijinkan.
Sesaat ingin menutup tab facebook, ternyata seseorang menyapaku di chat. Kaget. Nama yang muncul di kotak chat membuatku ingin bermain loncat-loncatan di tempat tidur, membuatku ingin guling-guling diatas karpet kesayanganku. Esa. Lelaki ini membuat aku kehilangan ingatan kalau malam ini hujan deras. Sapaan “Belom tidur, Nay?” yang sesederhana itu membuat rasa bosan yang menggunung seketika terpangkas habis.
“Iya Sa belom. Gua gak bisa tidur. Ujannya gede banget. Petirnya bikin takut”
“Hahahaha Nayla, Nayla. Lu emang gak ada berubahnya. Alwayssss lebayyyy”
“Esaaaa, ngeselin banget sih lu. Lu aja belom tidur kenapa hayooooo. Line bales kali”
Dan tiba-tiba simbol hijau di kotak chat hilang. Offline. Esa is offline. Senyap.
Entah apa yang aku fikirkan. Aku masih berharap Esa online lagi dan kita melanjutkan perbincangan kita sampai subuh menjelang. Tapi….2 menit…..5 menit….10 menit….20 menit….tak ada perubahan. Masih offline.
“Gininih kalo lagi liburan. Berasa kangennya”
Esa. Laki-laki berkelakuan aneh yang  tidak bisa ditebak apa maunya. Aneh karena selalu membuat bingung semua orang atas apa yang dilakukannya. Tapi aku menyukainya. Keanehan itulah yang membuatku jatuh cinta. Tak ada alasan kuat mengapa aku bisa jatuh hati dengan Esa. Kita berteman sudah terlampau lama. Hubungan kita juga memang bisa dikatakan dekat bahkan sangat dekat. Namun, aku mengerti siapa Esa. Orang yang sangat sangat cuek dengan perempuan. Aku menyadari aku jatuh cinta dengan Esa belum begitu lama. Sekitar 1-2 tahun lalu hingga sekarang.Awalnya tak ada rasa yang aneh yang menggerayangi hati. Tak ada rasa ingin selalu melihat wajahnya.  Hingga aku mulai merasakan cemburu luar biasa ketika mendengar kabar burung Esa dan Anin sedang menjalin hubungan dekat. Entah gossip atau memang benar adanya. Namun aku sangat berharap itu hanya bualan anak-anak saja.
Esa. Sosok yang selalu aku tunggu kedatangannya di kampus. Walaupun hanya melihat dari kejauhan, rasanya hari sudah lengkap. Bagian dari penyemangat UTS dan UAS. Bagian dari segala tawa bahak ketika diterjang ujian praktek yang membuat diri hampir pingsan. Keanehan Esa yang membuatku selalu lupa akan duka yang terjadi. Keceriaannya selalu memberikan efek luar biasa. Auranya membuat hati ini tidak bisa berdelih. Aku tak pandai bersilat lidah. Aku tak cerdas menyembunyikan perasaan. Sampai pada akhirnya teman-temanku mengetahui aku menyukai Esa. Aku rasa Esa mengetahuinya juga tapi dia tak menunjukkan bahwa Ia sebenarnya tahu. Sikapnya tak berubah terhadapku. Malah makin bersahabat denganku. Dan rasa GRku mulai menyeringai.
Esa menyimpan perasaan kepadaku jugakah?
Esa menyukaiku juga?
Atau bahkan diam-diam Esa jatuh cinta juga kepadaku?
                Aku menjatuhkan tubuhku di ranjang kemudian meraih ponsel di tepi ranjang. Belum ada balasan line dari Esa. Sepertinya rasa bosan akan kembali datang sebentar lagi. Aku lempar handphone ke sisi lain ranjang, dan aku mulai terlelap.
******
                “Nay, lu lagi di Pulau Pari ya sama Esa?” chat Line itu membuatku terbelalak. Masih pagi. Dan Reina mengirim chat seperti ini. Ada apa.
                “Hah? Kagak lah. Kenapa lu bisa nanya kaya gitu Rei?”
                “Gua liat di Instagramnya Esa. Dia foto di Pulau Pari sama cewek. Tapi gak keliatan muka ceweknya. Gua kira itu elu makanya gua nanya, Nay”
                Shocked. Segera aku membuka akun Instagramnya Esa. Dan benar. Esa baru saja mengupload foto di Pulau Pari bersama seorang wanita yang memang tak terlihat wajahnya. Hastag di foto itu #Holiday #PariIsland.  Seketika jari jemari melemah dan tak mampu memegang ponsel. Dada seketika sesak. Dan tak lama, air mata menetes jatuh ke layar ponsel. Aku mulai menangis entah apa yang harus ditangisi. Tapi rasa cemburu ini membara dan menghantam relung hati. Seolah mentari pagi ini pura-pura tak melihatku dengan sengaja bersembunyi dibalik awan. Mendung. Serupa dengan mata ini. Yang dibanjiri isak tangis yang seharusnya tak perlu terjadi. Aku mencoba menenangkan diri dan tidak berfikir macam-macam. Aku tahan air mata agar tidak mencubu pipi ini lagi. Sementara aku berfantasi dengan sendu pagi, Reina terus mengirim chat Line. Terlihat agak khawatir.
                “Jadi itu bukan lu Nay?”
                “Nay..Nay….”
                “Nay…maaf gua gatau”
                “Nayyyyyyyy….jangan galau plisss mungkin itu saudaranya Esa”
                “Nayyy are you okay?”
                “Nayla bales Line guaaaaaaa”
                Sambil menghapus air yang masih mengalir di pipi aku membalas Line Reina
                “Gapapa gua Reiiiii”
                “Nay, lu jangan sok kuat ahhhhhh”
*****
                Makin kelabu saja iburan semester ini. Ditambah kejadian pagi tadi yang membuat neuron-neuron otak seketika berjalan lambat. Ingin sekali tidak terlalu memikirkan. Tapi apa boleh buat, otak tak mau diajak bersinkronisasi dengan kemauan. Selalu ingin mencari tahu, siapa perempuan yang ada di Instagaram Esa itu. Siapa dan siapa. Dan akhirnya tanpa bisa kukendalikan lagi, aku ingin benar-benar mencari tahu. Aku buka instagram. Dan, sial. Seakan angin malam ini memaksaku untuk menangis meraung-raung. Belum apa-apa aku sudah melihat sebuah foto di beranda Instagram yang benar-benar membuatku hampir tak bernyawa. Foto Anin dari akun Instagram Esa. Hastagnya membuat aku spontan melempar ponselku ke ujung ranjang. #NightPari #Holiday #MySweetHeart.
                Rasanya seperti goncangan dahsyat di dalam dada. Tak terbendung air mata ini untuk mengalir dari asalnya. Tangisan pun memecah keheningan malam ini. Benar-benar tak kuat melihatnya. Ternyata kabar burung yang selama ini aku dengar samar-samar adalah kenyataan. Anin dan Esa pacaran. Perilaku bodoh apa yang aku lakukan selama ini? Hal mustahil apa yang selama ini aku harapkan? Sia-sia. Lalu buat apa aku menangis terisak-isak seperti malam ini? Padahal Esa tidak pernah mempunyai hubungan apa-apa denganku tapi aku benar-benar merasa Anin merebutnya dariku.
                Aku cemburu bukan main. Aku merasakan kehilangan yang amat dalam. Padahal aku tak pernah memilikinya. Aku hanya jatuh cinta sendirian. Rasa apakah ini? Salahkan rasa ini ada dan tinggal di hati untuk waktu yang lama? Sampai akhirnya malam ini dipaksa untuk dimatikan dan dikubur hidup-hidup. Kalau ini cinta, aku akan membenci cinta. Karena telah membawaku pada dimensi semu yang ternyata membangunkanku di tengah gemuruh tangis. Aku benci diriku yang telah larut dalam perasaan yang mengambang. Tak jelas asal-usulnya. Sekarang hanya tersisa puing-puing yang harus disapu bersih tanpa sisa. Mengikhlaskan apa yang sebenarnya harus pergi.
                Begitu beruntungnya Anin bisa memiliki Esa. Mengapa perempuan yang beruntung itu Anin? Bukan Nayla? Namun aku cukup beruntung. Aku bisa mengenal Esa jauh sebelum Esa mengenal Anin. Walaupun haha hihi antara aku dan Esa hanya sebatas teman. Ya teman. Teman menurut Esa. Tapi jauh dari itu menurut aku. Setidaknya tak ada luka yang Esa tinggalkan. Tak ada sikap atau perilakunya yang membuatku sedih. Aku menangis karena membiarkan perasaanku untuk tenggelam terlalu jauh. Padahal belum jelas bentuknya.
                Aku tertawa dalam tangisan. Esa yang aku kira menyukaiku juga ternyata sekarang sudah menjadi milik orang lain. Esa yang aku kira diam-diam mencintaiku, ternyata melabuhkan hatinya kepada orang lain. Ingin rasanya aku mencabik-cabik diriku sendiri. Aku sekarang terbahak dalam isak tangis ini. Sudahlah. Malam ini juga akan berlalu. Mentari menunggu untuk bersinar. Jangan menyesali rembulan dalam gelap ini. Padahal kita tak tahu akan ada pelangi setalah gerimis rintik petang esok.
                Nayla….sudahlah
                Esa masih tetap ada
                Esa masih akan membuatmu tertawa esok, dan kau juga akan dibuatnya menari
                Walau tak selincah kemarin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Malam Malarindu

Aku  terpana dengan langit malam ini. Memang tak ada bintang yang gemerlapan. Memang ini cuaca mendung. Namun, angin seperti berusaha mencumbuku. Berbisik mesra di setiap hembus nafas jangkrik di kesunyian malam ini. Aku seperti merindukan sesuatu yang hilang. Bukan yang belum pernah datang, melainkan yang sempat ada namun sekarang seperti hilang tak berbekas. Aku merindukan masa itu. Aku merindukan malam-malam itu. Dan aku ingin semuanya kembali. Aku benci apa yang terjadi sekarang. Semua begitu sangat terasa menggores dan meninggalkan luka di relung hati. Padahal Tuhan menyuruh kita untuk bersyukur di setiap hari yang baru. Ya Tuhan aku bersyukur. Aku jadi belajar banyak akan ini.

Sejujurnya aku tak kuasa menahan air mata untuk jatuh mencium pipi. Aku tak punya alih-alih untuk memberontak tangisan ini untuk tidak terjadi. Sekejap aku menjadi wanita paling lemah yang pernah ada di muka bumi. Bahkan mugkin se-andromeda. Aku menangis sejadi-jadinya hingga bulanpun seolah melirikku kasihan, peluklah diri ini wahai Purnama. Ini cinta, huh? Dulu bilang cinta itu menguatkan, bukan begitu? Tapi nyatanya cinta melemahkanku. Namun aku rasa iya, dengan melemahkanku itu aku menjadi semakin terpancing untuk semakin berdiri. Kuat tak terkendali. Tapi saat itu aku masih terus terisak. Salah siapa ini semua?

Dejavu pun aku tak jumpai. Ingin rasanya di selipan kegiatan harianku terselip momen yang aku rindukan. Tapi, itu Cuma mimpiku kemarin siang. Bisa saja aku pergi, berlari, tak meinggalkan jejak apapun. Tapi nyatanya akupun tak bisa. Aku tak sanggup membawa kaki ini pergi menjauh dari ini. Walau tahu, setiap saat harus menginjak paku atau kerikil. Hingga berdarah tak karuan. Sebuah kebodohan atau sebuah perjuangan? Logika atau perasaan?

Aku tak pernah mengukur-ngukur sudah seberapa besar kesabaranku atas ini. Karna aku tak mau mengungkit yang nantinya menyakiti diri sendiri. Bibir inipun tak sanggup untuk menucapkan selamat tinggal, padahal hati sudah terlampau batas maksimal toleransi. Ternyata kerinduanku ini hanya membuat sendu.

Tapi sebetulnya ada saat dimana wanita lelah menangis. Sudah tak ada sisa air mata lagi di sana untuk dijatuhkan. Pipinya sudah bosan dengan aliran air dari matanya. Hatinya sudah tak tahu harus berbuat apa lagi dan akhirnya putus asa. Kemudian, ketika ditanya apa yang bisa membuatmu seperti itu? Dan jawaban paling tepatnya adalah karena tangisan ini tidak menghasilkan berlian. Berlian itu berharga. Berarti air mata ini tidak ada harganya. Begitu. Dan ditanya lagi, lalu apa hal yang bisa membuat air matamu berharga? Dijawab lagi, sesuatu yang aku rindukan kembali lagi saat ini. Sederhana. Namun tak semudah membeli sabun colek di indomaret.

Tak ada yang rumit untuk sebuah masalah seperti ini. Hanya saja wanita yang membuatnya rumit. Kenapa? Karena wanita berfikir sangat panjang tak terkalahkan. Sesuatu yang sepele dianggap sebuah yang serius karna dianggap akan berdampak ke segala arah. Namun pria selalu menganggap ini lebay. Contohnya sebuah kerinduan. Tak ada yang bisa mengobati selain bertemu dan bercanda walau sejenak. Atau sekedar minum kopi di sebuah kedai sederhana saat hujan deras. Hal sepele yang dijadikan rumit dengan wanita. Karena rindu itu menyesakkan, bukan?

Aku pun demikian. Rindu yang menumpuk ini seakan menghambat pernafasanku. Sehingga memaksa air mataku untuk jatuh untuk kesekian kalinya. Bosan. Selalu menangis di kala rindu menjemput. Bukan hanya rindu figurnya namun rindu penokohannya yang dulu pernah dilakoni. Bukan peran yang dimainkan hari ini. Antagonis. Aku benci kamu yang antagonis seperti ini.  Hey ini rindu bukan koran bekas. Ditumpuk kemudian dibawa tukang loak.

Aku tak menemukan jawaban apa-apa sampai detik ini. Mengapa semua berubah dalam sekejap. Berubah dan tak tersisa bekas-bekas yang lama. Aku yang salah karena tak mengikutimu berubah? Setidaknya aku bisa merasakan gimana rasanya menghadapi sebuah perubahan drastis dan kiat-kiat menghadapinya. Akan aku buat SOP nya coming soon. Sekarang kerinduan ini seperti berubah menjadi sebuah bom molotov yang harus dihindari agar tak terkena akibat dari ledakannya. Dan, ledakan rindu itu luar biasa. Luar biasa menyakitkan.

Malarindu ini semakin hari semakin menjadi jadi. Tak terobati dan tak terkendali. Bisakah tak menyakiti dengan segala ucap kata? Buatlah bahagia walaupun sedikit, setidaknya tak ada air mata yang jatuh sia-sia hari ini. Setidaknya tak ada yang berfikir untuk berhenti di tengah jalan dan menyerah. Cukuplah siksa dengan membawa rindu yang tak kunjung terampuni. Jangan tambahkan dengan selir-selir yang lain. Aku muak.


Sepertinya aku juga tak peduli sekarang dengan apa yang menjadi perubahan itu. Ya sudah terbiasa mungkin. Namun bukan berarti aku ingin ini seterusnya. Aku tetap rindu. Rindu segala yang berubah saat ini. Bukan merindu yang lain-lainnya. Bukan rindu yang tidak-tidak. Namun rindu hal yang pernah membuatku tertawa lepas. Rindu dengan segala yang membuatku bahagia. Kamu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Antara Yang Datang Kemudian Tinggal atau Yang Datang Kemudian pergi

Sekarang bukan lagi masalah umur. Bukan lagi masalah status ataupun materi. Sekarang masalahnya kenapa tiba-tiba datang seenaknya? Kenapa gak ijin dulu sama pemiliknya kalo mau datang? Ibarat jaelangkung yang datang tak dijemput pulang sendiri juga gak pamit. Cinta. Awalnya diam-diam suka. Gataunya diam-diam sayang. Diam-diam jatuh cinta. Dan diam-diam nangis liat gebetan ternyata udah punya anak. Amsyong. Sekarang gini, suka ga suka, mau ga mau emang Si Cinta ini maunya menang sendiri. Egois. Dateng gak permisi, tiba-tiba menguasai hati dan perasaan, menyita hari-hari dan kemudian setelah beberapa lama pergi gak pamit juga. Udah gitu ninggalin luka. Gak diobatin, dibiarin sampe busuk. Pait pait. Tapi ya mau gimana lagi emang Si Cinta adatnya udah kaya begitu, makanya kenapa si Rangga pergi kan sebelum Cinta pergi ninggalin duluan. Wkwk.
Gak ada juga yang mampu buat nyegat dia di depan pintu hati terus bilang “Cinta, kalo lu masuk terus niatnya mau pergi lagi mending gausah masuk. Gua gamau sakit lagi huhu”. Kalo bisa mah gak mungkin ada lagu Terlatih Patah Hati yang potongan liriknya bikin pengen nyakar-nyakar marmer tetangga “.....dan semua yang pergi tanpa sempat aku miliki...” dan gak bakal juga ada yang namanya jadian karna korban curhat. Atau yang tiba-tiba suka sama pacar orang karena minta solusi gimana cara ngelupain mantan. Karena gak ada niatan buat move on, ya gimana mau move on orang Cintanya aja gak pergi. Dia tetep tinggal. Karna yang boleh masuk itu yang janji akan tetap tinggal. Yang mau pergi, gak akan bisa masuk. Yaaaaa itusih kalo mampu cegat si Cinta. Tapi kenyataannya mah.........
Lagu Project Pop bilang jatuh cinta itu amboy rasanya. Emang amboy. Amboy banget awalnya. Awal jumpa. Awal ngobrol. Awal jalan. Pokoknya yang awal-awal pasti masih amboy geboy lah. Pelakunya dibuat mabuk kepayang dirasa. Faktanya, orang yang paling susah dinasihatin dan yang paling gak nurut itu orang yang lagi jatuh cinta. Sia-sialah nasihat kita. Gak bakal didenger. Mau lu sahabat deketnya kek, adeknya kek, mantannya kek, dosen atau tukang rujak juga useless. Yang paling bener itu yang cuma orang yang lagi di-jatuh cinta-in itu. Gila emang. Cinta itu gila. Gak waras. Sampe tahan diterbangin terus dihempaskan. Situ orang apa barang rongsokan, mau aja digituin. Gak nyadar ya padahal yang nulis juga gak jauh beda *ngupil di bawah meja*
Balik lagi, hidup itu pilihan. Cinta itu kehidupan. Berarti cinta itu pilihan. Milih ditinggalin atau dihempasin? Apa bedanya-_-maksudnya milih yang tetap bertahan tapi nyakitin atau yang ninggalin tapi nyakitin juga? Gak sama loh. Orang yang pergi itu nyakitinnya pas dia pergi doang. Beberapa saat setelah dia menghilang ditelan badai matahari, semuanya akan kembali normal. Tapi kalo yang tetap tinggal tapi ternyata selalu melukai? Kan dibilang semuanya ini pilihan.
Antara yang datang kemudian tetap tinggal atau yang datang kemudian pergi. Siapa? Dua-duanya itu cinta. Dua-duanya sama rasanya. Cuma berbeda keadaannya. Bukan berarti yang pergi selalu yang jahat atau yang tinggal itu yang baik. Tidak selalu. Bukan berarti pula yang pergi berarti benci yang tetap tinggal itu mencinta. Tidak selamanya begitu. Terkadang orang gak tau kenapa daun-daun kering itu rontok. Orang juga gak tau kenapa bunga itu indah. Sekilas hanya terlihat baik buruknya di satu sisi. Padahal di jaman ini topeng bermuka banyak sudah marak diperjualbelikan di pasar kehidupan. Sudahlah, cinta itu membutakan segala hal.
Bukan salah bunda mengandung. Juga bukan salah cinta yang tiba-tiba berubah haluan. dan bukan keadaan pula yang menjadi dalangnya. Memahami kehidupan ternyata gak semudah memahami rumusan rangkaian R-L-C. Dia yang memilih pergi setelah datang secara tiba-tiba bukan seharusnya buat dilupain tapi buat dipahami. Jadi nantinya kita bakal tau gejala-gejala cinta yang datang kemudian niat buat pergi dan tak kembali. Gak ada masalah sebenernya kalo mau pergi dan cari cinta yang lain. Masalahnya yang disini terluka eh situ malah asik-asikan nemu yang baru. Asem banget. Coba tanya sama orang yang memilih tetap tinggal, tetap ingin bersama. kebersamaan ini akankah ada batasnya? Gua maunya gak ada. Karna apa yang mau dipilih lagi? pilihannya sekarang hanya orang yang memilih untuk tinggal. Karena gak semua orang mau ngulang semuanya dari awal dengan cinta yang baru. Dengan cinta yang berjanji lagi kemudian ingkar.
Tetapi pun gak ada yang bisa menebak-nebak apa yang akan terjadi pada seseorang yang memilih tetap tinggal dan gak mau pergi. Mungkin secara tiba-tiba nanti dia mengikuti orang yang memilih pergi tadi atau berbuat yang lainnya yang ternyata menyakiti lebih sakit. Karena sebenarnya gak ada sesuatu yang abadi, gak ada juga janji yang tak ingkar kecuali janji Tuhan kepada umatnya. Ya itu cinta memang. Cinta itu menangis di dalam senyuman. Cinta itu terluka dalam bahagia. Cinta itu menerima kepergian dan bertahan pada yang tetap tinggal. Dan ini bukan lagi masalah seberapa besar kemampuan bertahan ketika luka selalu timbul oleh yang memilih tetap tinggal, melainkan ini lebih kepada seberapa sering menahan air mata. Dan pertanyannya apakah cinta selalu menyediakan air mata di setiap ceritanya? Dan terjawab oleh ini :

“Cinta adalah seberapa pandai kau menghapus air mata” HelvyTiana Rosa, Mata Tiga Cinta

“Sebab setelah hujan selalu ada seseorang yang datang sebagai pelangi dan memelukmu” Abdurrahman Faiz, Kisah dari Negeri yang Menggigil

Kemayoran, 2 Januari 2015 22.12

Maya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS